Menjadi homeless part III: Surabaya

in

Setelah sebelumnya di Bandung (Jawa Barat) dan Yogyakarta (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur) adalah kota terakhir di pulau Jawa yang saya singgahi dalam perjalanan ini. Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di kota ini, dan jika membandingkan dengan ibukota lainnya seperti Jakarta, dapat dipastikan saya lebih memilih Surabaya. Saya menjadi kurang mengerti mengapa teman-teman saya yang dari Surabaya memilih tinggal di Jakarta jika bukan selain alasan pekerjaan dan pendidikan.

Sebagaimana yang saya sebut di tulisan sebelumnya, untuk perjalanan kali ini saya memilih hotel dengan smoking room. Hotel yang saya pilih adalah The Life Styles, dan guess what, saya sangat puas. Pertama, lokasinya yang sangat strategis: dekat dengan stasiun (Gubeng), dekat dengan pusat kota, dan dengan apapun yang saya inginkan: Mall (Plaza Surabaya f.k.a Delta Plaza), Supermarket (Circle-K, Alfamart, Indomaret) dan Cafe (wantutu. dan Historica).

Kedua, restorannya oke. Saya cukup banyak menghabiskan waktu di rooftop bar dan restorannya.

Ketiga, akses internet. Saya tidak berharap besar saat menggunakan layanan internet dari hotel tapi di hotel ini menurut saya lumayan oke (10-50 Mbps).

Untuk layanan, cukup standar sebagaimana hotel bintang 3. Satu hal yang tidak membuatnya sempurna hanyalah tidak ada nya shower gel yang meskipun saya sudah memintanya. Untuk penginapan 7 hari, tentu lumayan menganggu karena gue mandi pakai apa jirr. Tapi anyway, tanpa pusing saya membeli sabun dan shampoo (saset) sendiri dan penilaian saya adalah 9.9/10 untuk hotel bintang 3 di Surabaya ini.

Ya, dan overall staff nya ramah-ramah, diajak mengobrol di bar pun ditanggapi.

Kali ini saya checkout early di jam 21 dan saya menulis ini di bandara (di paragraf ini jam menunjukkan 00.40). Tadinya saya ingin begadang di kamar saja tapi ternyata hari ini lumayan lelah dan agak mengantuk, lalu memutuskan hal yang lumayan ekstrim daripada harus kehilangan kesempatan HAHAHA.

Ini kali pertama saya ‘menginap’ di bandara, tentu saja saya tidak sendiri disini namun yang menyebalkan saat tidak memiliki teman bepergian adalah harus selalu membawa barang saat berpindah tempat. Dan bila saya tidur, tidak bisa bergantian untuk ekstra kehati-hatian.

Kondisi Bandar Udara Internasional Juanda di jam 00.22

Biasanya saya menulis 1-2 jam, dan keberangkatan saya adalah jam 06. Namun masalahnya, jika tulisan ini selesai dalam 2 jam pun, saya masih harus menunggu 3 jam lagi HAHAHA antara bengong atau tidur.

Lanjut, jika di Yogyakarta saya berfokus di cafe-hopping, di Surabaya saya lebih ke “city strolling”. Tapi setidaknya ada 2 cafe yang saya singgahi: wantutu. dan Historica. Selebihnya hanya duduk santai di rooftop bar.

Oh iya biaya saya untuk 7 malam di The Life Styles (tanpa sarapan) adalah 2.6jt (399rb/malam) untuk superior room. TV kamar nya pun lumayan besar sehingga beberapa malam saya menghabiskan waktu untuk bermain Elden Ring dan Dark Souls.

Terlebih karena hotel nya dekat dengan tempat kopi favorit saya untuk takeaway (Tomoro dan Kopi Kenangan), jadi seringnya minum kopi di kamar sambil mengudud dan mendengarkan Tak Segampang Itu nya Anggi Marito. Oh, saya juga mencoba kopi keliling di Surabaya (Kopi Kelana) dan membeli rasa baileys (beneran mirip bjir cuman minus alkohol aja) seharga 12rb jika tidak salah.

Untuk kuliner, karena saya orangnya bukan yang suka kulineran, 80% yang saya makan ketika di Surabaya adalah “Nasi Goreng Jawa” hahaha (Nasi Goreng adalah makanan favorit saya btw). 20% lainnya adalah menu favorit saya di Solaria, ramen di RamenYa! dan Nasi Ayam Koloke di Historica. Terakhir sebelum berangkat ke bandara makan “Mie Goreng Jawa” di resto hotel, dan saya belum sempat makan makanan khas Surabaya seperti Rujak Cingur.

Saat di Surabaya saya tidak bertemu dengan teman, tapi ada saudara saya (maba) yang sedang berkuliah di UNESA dan beberapa orang random dari aplikasi. Di Surabaya saya lebih banyak “me time” dan mungkin itu menjadi alasan mengapa saya merasa seperti tinggal lama disini daripada di kota sebelumnya yang sering bepergian.

Sekarang, saatnya pembaruan.

Di Surabaya saya melakukan bagian paling menyebalkan dalam membuat aplikasi: memasarkannya. Untungnya, untuk sekarang hanya perlu memasarkannya ke Apple agar aplikasi saya dapat diterima di App Store. Pembaruan lainnya, saya merilis versi 1.1.0 dan mengatur CI/CD dasar melalui Fastlane dan GitHub Actions.

Tapi dipikir-pikir saya di Surabaya lumayan produktif. Selain pembaruan diatas, juga saya menerbitkan tulisan lain. Selain itu, saya mengalahkan 2 naga (Agheel, Smarag — klo si Adura malah kabur jir), 4 field bosses (Putrid Avatar, Night’s Cavalry, Death Rite Bird dan Red Wolf of the Champion) dan 1 musuh (Black Knife Assassin) di Elden Ring. Sebagai pengangguran, ya, aktivitas ini tergolong produktif.

Selebihnya, saya rasa hanya menikmati moment. Baiklah, jam menunjukkan 02.05, dan sialnya saya sudah menguap beberapa kali mungkin karena mulut saya diam saja (sedang tidak merokok dan tidak ada kopi). Masih 3+ jam lagi untuk pesawat saya berangkat ke Denpasar, dan saya sudah mengantuk pol.

Saya kurang yakin apa yang akan saya lakukan di Bali dan apa setelah Bali. Bagian diri saya yang lain sepertinya ingin bersenang-senang di Bali, dan bagian diri saya yang lain sepertinya ingin kembali ‘pulang’ setelah masa tinggal di Bali selesai.

Apapun itu, kita lihat nanti. Untuk sekarang, saya hanya ingin sebat agar tidak tidur. Sampai jumpa kembali di… apakah akan ada part 4?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *