Di tulisan sebelumnya saya menyebut jika rencana dalam menjadi homeless ini worst nya selama 3 bulan dan best nya selama 3 bulan. Bagi yang belum familiar, ini adalah series dimana pada bulan Agustus saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan saya sebelumnya dan berpindah-pindah tempat di setiap kesempatan.
Series tersebut hanya terbagi 4 bagian: Bandung, Jogjakarta, Surabaya dan Bali yang masing-masing selama 7 hari kecuali di Bali yang sampai 14 hari. Total kurang lebih 5 minggu, dan ada 1 minggu yang tidak didokumentasikan untuk perjalanan dari Jakarta langsung ke Surabaya menggunakan kereta. Berarti total 6 minggu.
Penggunaan kata homeless sebenarnya agak kurang relevan, tapi ingin menyebut “jobless” pun kurang relevan juga. Gampangnya, anggap seperti “self-employed yang no idea mau tinggal dimana” dan karena itu kepanjangan, jadi saya menggunakan kata homeless saja di setiap judulnya untuk mempersingkat.
Anyway, tujuan utama dan paling penting dari menjadi homeless tersebut adalah untuk “mengatur ulang”, dari rutinitas sampai lingkungan. Jika spesifik, salah satunya untuk mempelajari bahasa pemrograman Swift, membuat aplikasi iOS, dan menerbitkannya ke App Store. Kabar baiknya, tujuan tersebut tercapai sehingga pilihan saya di awal tidak menjadi sia-sia.
Dan sekarang sudah masuk ke bulan ketiga, alias, ini adalah ujung dari segala hal yang sudah saya persiapkan.
Tentang Pekerjaan
Saya sadar jika industri tempat saya berkarir sedang tidak baik-baik saja. Terlebih, salah satu teman terdekat saya terkena dampaknya juga di bulan kemarin. Karena sudah tiga bulan juga, saya kira ini aman untuk dibagikan: kondisinya cukup sama, dari adjustment sampai ke masalah payroll. Bedanya, saya mengundurkan diri dan teman saya terkena L word yang tanpa severance tanpa notice.
Sejujurnya saya cukup frustasi juga dengan kondisi-kondisi kemarin yang ketidakpastiannya meresahkan: memikirkan bulan ini hanya berapa persen yang masuk sampai ke berapa lama jeda dari payday ke waktu ketika sudah sampai diterima oleh rekening.
Sekarang, saya tetap memiliki ketidakpastian, tapi setidaknya tidak meresahkan! Haha. Atau mungkin belum.
Melihat job market, ini cukup mengenaskan. Beberapa kawan dari kantor lama bahkan rela turun 22-30% di kota tier 1 seperti Jakarta untuk posisi yang sama ataupun staff. Atau mungkin ada yang bahkan lebih turun lagi.
Tapi kondisi di atas sedikit dapat dipahami. Pertama, mereka pindah dari perusahaan rintisan ke perusahaan bonafide. Atau setidaknya yang established. Kedua, angka di tempat yang sebelumnya menurut saya memang sangat kompetitif dibanding di tempat/perusahaan rintisan lain. Ketiga, sedang di masa ketika tidak sedikit yang melakukan efisiensi yang berpengaruh ke permintaan dan penawaran.
Dan tentu saja kondisi seperti ini membuat saya dilema juga.
Kita tentu tidak ingin memposisikan diri kita di bawah nilai berdasarkan keahlian dan pengalaman yang kita miliki. Di lain sisi, penyesuaian oleh pasar pun cukup berperan. Tentu ini hanya permainan negosiasi jika yang ada di meja hanyalah negosiasi.
Terlebih, saya pribadi cukup picky dalam memilih pekerjaan dan masih bersikeras untuk menghindari kondisi “yang penting halal” karena saya tidak terlalu memusingkan juga halal-haram.
Tentu saya sudah memikirkan opsi brain drain terlepas bagaimana keahlian dan keberuntungan saya. Tapi untuk saat ini, uang ataupun “kondisi hidup yang lebih baik” bukanlah hal yang sedang saya kejar, sekalipun memiliki uang banyak—dari memanfaatkan konversi—dan hidup lebih baik—apapun arti lebih baik tersebut—menyenangkan.
Intinya, saya akan mencoba peruntungan disini dulu, lebih tepatnya di Bandung. Apakah akan lancar? Entahlah. Apakah akan ada homeless part 5? Entahlah. Apakah akan kembali ke Jakarta lagi? Entahlah.
We’ll see!
Tentang ekonomi
Jika merujuk ke halaman pertama di glints dengan kata kunci “senior software engineer” rentang yang masuk akal adalah 12-15jt untuk “lower bound” dan 15-20jt untuk “upper bound” dengan catatan tanpa melihat ke kompensasi lain; dari fasilitas, kebijakan bekerja sampai lokasi. Dan angka tersebut gross.
Jika ambil mid nya mungkin di 16-18jt. In fact, rentang saya pribadi di angka segitu di tahun 2023. Untuk net, posisi senior, Jakarta-based dan full remote.
Yang menyenangkan dari startup adalah angkanya yang lumayan. Karena, apalagi yang bisa dijanjikan? Bulan Desember biasanya bulannya masa-masa pembajakan. Startup yang lebih kuat—khususnya yang habis naik series—mulai dilirik. Namun sekarang, bahkan artikel terakhir terkait pendanaan di TechInAsia Indonesia saja bulan Juni 2024. Dan September 2024, walau masih seed, tapi setidaknya.
Yang maksudnya, you know what I mean. Sebelumnya kata disrupsi cukup menjadi favorit. Tanpa perusahaan-perusahaan rintisan ini, mungkin hari ini kita masih belum bisa memesan kendaraan ataupun makanan melalui ponsel; membayar dengan kamera ponsel atau mungkin selamanya akan masih menggunakan rekber pribadi dan muncul blackpanda-blackpanda lain. Perusahaan konvensional akan tetap jenuh (“stabil”) dan pasar akan begitu-begitu saja.
Pada akhirnya perusahaan akan melakukan perekrutan saat ingin melakukan sesuatu, baik untuk memulai ataupun mengejar. Kondisi pasar akan berubah berkat hukum permintaan dan penawaran. Talent-talent baru akan muncul, dan talent-talent lama akan bersaing. Dan pasar akan semakin berkembang.
Di hari ini, kabar terakhir yang saya dengar dari dunia perusahaan rintisan hanya 3: efisiensi, gulung tikar, dan freeze hiring. Tentu, 99% startup akan gagal. Semua orang tahu itu. Dan kata orang-orang, masa sekarang adalah “tech winter” untuk di perusahaan berbasis teknologi ini.
Dan “sampai kapan?” bukanlah pertanyaannya.
Tentang masa depan
Setidaknya ada kabar baik meskipun saya bukanlah penggemarnya.
Ingat saat permintaan “GPU” naik di saat mata uang kripto sedang populer-populernya? Kondisi tersebut dilanjutkan dengan sebutan “crypto bubble” karena kepopulerannya sudah “pecah” yang dilanjutkan dengan menurunnya kembali harga GPU ke harga “normal”.
Dan sekarang? Entahlah. AI menjadi topik populer yang dibahas setidaknya sampai hari ini. Industri mulai melirik dan menerapkan AI, karena orang-orang melakukannya. Semangatnya hampir sama seperti masa kejayaan kripto (ingat Libra dari Facebook?).
…did anyone say metaverse?
Mungkin kita bisa beranggapan “penerapan AI lebih relevan dibanding kripto” and guess what ada berapa banyak paper yang dulu populer menjelaskan mengapa mata uang kripto lebih unggul daripada mata uang tradisional/fiat.
…dan semenjak kepopuleran AI ini harga GPU melambung lagi. Pada akhirnya yang menang selalu Nvidia.
Saat kripto—dan ehm, big data—populer, pasar terlihat menggairahkan. Blockchain Developer? Data Engineer? Web3 degen defi chad smart contract developer? Data Scientist? Yea, ada banyak hal-hal baru termasuk DevOps dan Cloud Engineer juga, agar fair.
Hari ini? Bahkan Prompt Engineer adalah sesuatu.
Yang maksudnya adalah, semua bisa saja terjadi. Damn, ok, intinya, untungnya bumi masih berputar. Oke oke, gak lucu.
See, perubahan selalu terjadi. Naik dan turun. Menjadi lebih baik atau lebih buruk. Beberapa orang takut dengan perubahan tapi beberapa yang lain beradaptasi.
Dan tahukah siapa yang menang? Benar sekali, Nvidia.
Things I learned
Terlepas dari bahasa pemrograman Swift, menjadi self-employed (wiraswasta) adalah sesuatu yang cukup sulit. Membutuhkan disiplin lebih, fokus lebih dan waktu lebih. Pengendalian lebih sulit saat pembatasnya hanyalah diri sendiri.
The worst part? Konsekuensi sangat terlihat nyata. Waktu adalah uang sangat terasa. Perasaan dikejar ataupun hasrat ingin mengejar terasa setiap detiknya entah apapun subjeknya.
Ini bukan kali pertama saya menjadi self-employed, tapi ini kali pertama dimana saya benar-benar merasa sendiri. Tidak ada yang menolong selain diri sendiri, tidak ada yang merangkul di saat sedang merasa jatuh, dan tidak ada badan yang bisa dipeluk. And it’s ok! Khususnya di bagian terakhir.
Jika bukan karena dikejar waktu, mungkin saya akan belajar lebih lama lagi dalam menjadi self-employed. Lebih memahami situasi, lebih banyak mencari peruntungan.
Dan ternyata, bangun dari ranjang karena harus lebih sulit daripada bangun dari ranjang karena disuruh?
Things I enjoyed
Siapa juga yang senang bekerja? Haha.
Kebebasan ini menjadi bumerang, tapi tetap saya nikmati. Tidur kapanpun saat ingin tanpa menyetel alarm? Bangun tanpa harus mematikan alarm? Jam 9am dan ingin melakukan apapun dimanapun sampai kapanpun tanpa harus melihat layar? Kalender bersih? The best feeling.
Di samping itu, justru waktu saya untuk diri sendiri dan orang lain lebih sedikit dibanding sebelumnya. Saya mempelajari beberapa orang yang cukup berhasil dalam menjadi self-employed, dan yang mereka rasakan rata-rata sama: work-life balance yang lebih buruk dari sebelumnya serta pemasukan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Lalu apa harganya? Kebebasan. Dan saya belum menemukan mereka yang “kembali” ke “kehidupan sebelumnya”.
Mungkin itu harga yang layak untuk dibayar. Dan dalam perjalanan sejauh ini, saya 48% setuju. Mungkin keyakinan saya akan bertambah jika bisa melakukannya lebih lama lagi.
Things I kept
Saya bukan penggemar frugal living, tapi saya cukup tertarik dengan kehidupan minimalis dan praktis. Awal pertama saya mencoba adalah dengan membuat setelan pakaian saya hitam, dan sampai hari ini saya masih merasa nyaman. Tantangannya adalah, saya akan terlihat membosankan. The good news is, tanpa pakaian hitam pun saya tetap membosankan! Haha.
Lalu, saya mencoba lebih jauh lagi. Saya sudah menyingkirkan banyak barang di kehidupan saya (termasuk buku fisik!) dan sekarang ke pakaian. Sekarang saya hanya membawa pakaian untuk 7 hari, yang berarti, dari yang sebelumnya terbatas menjadi semakin terbatas. Semua orang senang dengan harum, rapi dan bersih. Dan saya mencoba untuk bisa mempertahankannya di kondisi yang seminim mungkin seperti ini.
Saya memilih ini untuk memelihara fleksibilitas (just in case ada menjadi homeless part 5) dan juga untuk mengurangi hal-hal yang harus dipelihara. Mungkin suatu hari akan berubah (seperti mengganti backpack menjadi luggage) tapi sejauh ini saya masih oke kalau hari rabu nanti akan pakai celana yang sama dengan hari rabu di minggu lalu!
Penutup
Saya menulis ini karena hari ini cukup menyenangkan: Bandung cerah dan water heater di kamar mandi kos bekerja. Terlebih, sepertinya kondisi menjadi homeless sudah tidak relevan lagi karena sekarang saya berdiam di satu tempat dan kemungkinan di waktu yang tidak sebentar.
Saya mulai melamar. Tagihan saya mulai bertambah dan tabungan sudah mulai menipis. Bagaimanapun, ada kopi yang setiap harinya harus dibeli!
Saya akan tetap melanjutkan yang saya mulai, dengan kebebasan yang berbeda dari yang sebelumnya. Harapannya saya cenderung ingin mengambil pekerjaan paruh waktu, tapi lihat bagaimana nanti.
Tinggal di Bandung pun lebih banyak berdiam di dalam kamar karena tidak ada yang dicari juga di luar selain makanan dan kopi yang bisa di takeaway ataupun diantar melalui layanan gofood sialan.
So, here it is. Tidak ada menjadi homeless part 5 di tahun ini. Tidak ada kota acak yang bisa dikunjungi lagi di tahun ini. Tidak ada lingkungan acak yang bisa disinggahi lagi tahun ini.
Dan dalam 3 bulan yang singkat ini, berurusan untuk kepentingan pribadi penuh sangat menyenangkan dibanding harus berurusan untuk kepentingan orang lain!
Leave a Reply